Thursday, July 27, 2006

Ke Bangkok Aku Kan Kembali! Swasdee....

Ceritanya dengan semangan taon baru aku berbenah. Mulai dari ngerapiin kamar. Saat itulah aku menemukan album foto yang nongkrong di tempat yang tidak sepantasnya. Kasian banget album foto itu, aku cuekin, padahal didalamnya ada banyak cerita. Ada banyak memori hidup aku disana. Yang mungkin cuma akan jadi sejarah...atau mungkin juga aku ulang lagi.
Foto-fotoku waktu ke Bangkok, membuka kembali kenangan akan asyiknya berada di negri gajah putih itu..

Bangkok...oh Bangkok...
I miss you so much! I miss your hospitality, I miss your delicious foods, I miss your wonderful shopping centers, I miss your piers. Kalau bisa, aku juga ingin bekerja disana, tapi peraturan di kerajaan itu tidak memperbolehkan tenaga kerja asing dari negara ASEAN bekerja disana. Hmm... aku harus cukup puas dengan menjadi turis disana, harus selalu mengucapkan Mai Chai Kon Thai (sorry kalo tulisanya salah, yang pasti artinya gue bukan orang Thai) supaya mereka tidak langsung nyeroscos dalam bahasa Thai yang aku bener-bener nggak ngerti, secara wajah kita kan sama :-)

Aku kesana pertengahan February 2005, sudah lama sih, tapi semua kenanganya begitu jelas. And I miss it so much! Aku tekagum-kagum dengan hospitality mereka. Menurut aku, nggak ada apa-apanya keramah tamahan orang Indonesia dibandingkan mereka. No wonder lah kalau jumlah wisman lebih banyak ke Thai daripada Indo. Aku sangat terkesan dengan pedagang kaki lima yang mangkal disebelah Grand Palace, waktu aku datangi untuk melihat daganganya, dia langsung menyodorkan payung yang sedang digunakannya padaku, padahal cuaca saat itu panas sekali, tapi dia relakan payungnya untuk aku yang belum tentu akan membeli daganganya yang sudah kutawar abis (kalo soal nawar nih..aku sampe dipuji ama segerombolan ibu-ibu dari Singapore, kata mereka aku jago :-)), gue gitu lho! Hobby nawar ini aku salurkan dengan kerja di Purchasing department :-).

Banyak banget alasan buat the Thailand. Negeri pagoda itu benar-benar surga tempat ngabisin duit. Coba aja datangi Chatuchak weekend market. Seru abis! All you can have over there, mulai dari sendal jepit, pakaian, acessories, perabot rumah, furniture, antiques, pokoknya serba ada. Cakep-cakep dan muraahhh! Pokoknya it's a must visited place in Thai. Aku saranin buat pake sandal jepit aja kesana, biar nggak repot and nyaman buat jalan, plus jangan lupa abis itu kaki ditempelin koyo.

Another great place to see adalah Grand Palace. Belum ke Thai namanya kalo nggak mampir ke Grand Palace. It's amazing! Semua berwarna keemasan, megah sekali. Jalan menuju ke sana saja sekeren Champs-d'ellyses (ini seh kata sepupuku yang pernah ke Paris). Untuk masuk kesana Grand Palace ada begitu banyak aturan, mulai dari alas kaki yang kita pakai harus sesuai dengan aturan toto kromonya orang Thai. Nggak boleh pake celana pendek, nggak boleh pake tank top (nah kalo aturan yang ini berlaku di hampir semua temple besar di Thai). Pokoknya kudu sopan.
No wonder mereka begitu. Raja untuk orang Thai diperlakukan seperti Tuhan, benar-benar dihormati. Tidak ada yang boleh membicarakan hal-hal negatif tentang sang Raja. Salut deh ama orang Thai.
Harga tiket masuk dibedain antara orang Thai dan selain Thai, bahkan tempat naruh sepatu aja (dibeberapa tempat kita harus melepaskan alas kaki) beda antara orang Thai dan bangsa lain. Aturan ini sih agak berlebihan menurut aku. Tapi itu udah jadi aturan mereka yang kudu kita turuti kalo mau kesana. Disana aku kenalan ama cewek Thai, dia nanya aku bayar tiket masuk berapa, aku bilang aku bayar harga normal visitor. Trus dia tanya kenapa aku nggak antre di line untuk orang Thai, "We look same" katanya. Emang iya aku kelihatan seperti mereka? Coba liat aku diantara para gadis Thai waktu perayaan Chinesse New Year di China Town, Bangkok. Do we look the same?
Ha..ha... enggak ah, boleh juga idenya, tapi aku kan nggak bisa bahasa mereka, ntar kalo ketahuan malah bikin malu orang Indo. Ngak..ngak..ngak! Aku harus tunjukan ke mereka kalo orang Indo itu jujur.

Disekitar Grand Palace ada 2 temple yang terkenal, Wat Pho (bisa juga disebut Temple of Reclining Budha) dan Wat Arum.
Wat Pho lokasinya persis di belakang Grand Palace, tempat dimana patung Reclining Budha yang super gede. Nggak ada kalimat lain selain "it's so amazing!"
Sedangkan untuk ke Wat Arun, kita mesti nyebrangi Chao Praya River yang ngetop itu, naik perahu motor, seru banget!

Bangkok memang surga buat shopping, mulai dari Siam Square, Siam Center, Mabungkrong semuanya berdekatan. Trus disekitanya banyak tempat jajan. Hhmm...yummy..nyammy!
Dari jajanan pasar sampai buah potongnya semuanya bikin ngiler.

Nggak jauh dari kota Bangkok ada bekas ibukota Thai yang sekarang tinggal reruntuhan karena dulu dihancurkan oleh bangsa Burma. Tempat itu bernama Ayyuthaya. Puing-puing bekas Grand Palace dan kuil-kuil yang runtuh kelihatan cool abis. Serasa di Athene..hik..hik..

Selama berada di Thailand aku nggak sempat nyoba naik di punggung gajah. Aku nggak tega ikutan menyiksa binatang langka itu. Kasian banget gajah-gajah itu terlalu dikomersilkan buat kepentingan cari duit. Yaahh..fenomena negara berkembang, cinta lingkunganya masih rada kurang.

Masih banyak hal yang pengen aku ceritain tentang Thailand. Tapi aku masih bingung harus mulai dari mana. Aku berterima kasih sekali kepada Marco & Nina Saxer yang udah jadi host selama aku di Bangkok. Makasi untuk tumpangannya di Amari Atrium, a great place to stay.
Makasi juga untuk Khun Phum yang udah dengan sabar nganterin aku kemana-mana termasuk melewati kemacetan kota yang mirip banget Jakarta itu.
Aku berjanji dalam hati kalau suatu hari nanti aku akan kembali ke Bangkok. Untuk makan-makan, untuk shopping, untuk melihat airport Suvarnabhumi yang katanya adalah airport terbesar di dunia. Wish me luck :-)

Wednesday, July 26, 2006

It's Me


Ini aku, perempuan yang sering nggak tau harus menjawab bila ada pertanyaan yang Indonesia banget "kamu orang apa?"... karena menurut pemahamanku sebagai orang Indonesia, kalo ada pertanyaan seperti itu artinya si penanya pengen tau ethnik kita. Secara nama..No Doubt, aku 100% Bali...tapi nggak se100% itu sebenarnya. Karena aku Indonesia banget... aku berdarah Bali, Sasak, Jawa, bahkan ada campuran Cina, sayangnya darahku nggak biru.

Dulu...aku pernah bangga sekali sebagai orang Indonesia. Tapi sejak tahun 2000 kebanggaan itu mulai berkurang, dan semakin lama semakin memudar... Terutama saat aku jalan ke Kuala Lumpur (aku kesana saat sedang heboh-hebohnya Operasi Enyah), oh...rasanya aku tidak ingin orang lain melihat pasport hijauku yang bertuliskan REPUBLIK INDONESIA. Aku sudah mempersenjatai diri dengan berbagai kemungkinan jawaban saat berhadapan dengan petugas Imigrasi yang akan memeriksa pasportku dengan pandangan mencurigakan, tapi aku lega saat dia bilang, "You are Wayan, so you are Balinesse ya?" Dan semuanya berjalan mulus... tidak ada pertanyaan atau pandangan mencurigakan lagi.Uff...I'm proud being Balinesse! Memang, kadang aku merasa lebih bangga menjadi orang Bali daripada orang Indonesia. Aku sedih dengan keadaan Indonesiaku yang tercinta ini, yang sekarang sedang carut marut, kocar kacir nggak karuan. Kalo lagi dalam kondisi jiwa yang normal, aku berusaha nyempetin berdoa supaya Tuhan menjadikan Indonesiaku seperti yang dulu lagi, yang damai lagi. Di pojok-pojok hatiku aku masih cintaaa sekali dengan Indonesiaku. Semoga Tuhan mendengar doaku.